PKS Ngawen - Kemunculan Partai
Keadilan Sejahtera (PKS) tidak bisa dilepaskan dari situasi politik
dalam negeri dan internasional yang berlangsung pada awal tahun 1980-an
hingga akhir rezim Orde Baru tahun 1998. PKS lahir dan memberi warna
baru bagi politik Islam di Indonesia.
Hal itu dikatakan Presiden Anis Matta dalam dialog dengan sekitar 40 mahasiswa dari University of Malaya, Malaysia, di bilangan Kuningan, Jakarta, Kamis (16/4/2015) malam.
Anis mengatakan sejarah pergerakan dan politik Indonesia terpolarisasi pada tiga aliran ideologi utama, yaitu Islam, Nasionalisme, dan Sosialisme. Dialog dan dialektika ketiga ideologi utama ini menimbulkan gejolak sosial dan dinamika politik yang selalu hangat sejak kemunculan Budi Utomo, Sarekat Islam, Sumpah Pemuda, hingga lahirnya Indonesia sebagai negara dan berkembang sampai saat ini.
Menurut Anis Matta, kelahiran PKS merupakan salah satu bagian dari dinamika pertarungan di antara ketiga ideologi utama ini.
"Kemudian tahun 1979 ada Revolusi Iran. Revolusi ini menjadi inspirasi bagi kami di sini. Setelah itu tahun 1980-an Tembok Berlin runtuh. Dan tahun 1990 Uni Sovyet juga runtuh. Situasi-situasi internasional ini berdampak pada politik dalam negeri, yang secara tidak langsung mendorong gerakan tarbiyah di kampus-kampus tahun 1980-an," kata Anis.
Anis juga menjelaskan salah satu problem utama gerakan dan partai politik Islam di berbagai negara adalah kesulitan dalam mengintegrasikan antara Islam sebagai ideologi dan nilai, dengan keinginan masyarakat atas kebutuhan hidup mereka.
"Saya kira ini juga yang berlaku di partai Islam di Malaysia. Keberhasilan partainya Erdogan di Turki, karena sudah berpengalaman naik-turun sejak tahun 1962, dan mereka tahu mengintegrasikan antara bagaimana memenuhi kebutuhan masyarakat dengan nilai-nilai Islam," ucapnya.
Salah seorang mahasiswa juga bertanya bagaimana penerimaan masyarakat Indonesia yang non-muslim terhadap PKS yang berbasis ideologi Islam.
"Di wilayah Indonesia Timur, ada pengurus PKS yang berasal dari kalangan Kristen. Ada pendeta yang menjadi pimpinan di PKS di Papua, karena 90 persen di sana Kristen," jawab Anis.
Dialog yang berlangsung selama dua jam tersebut ditutup dengan saling tukar cinderamata. Selain berkunjung ke PKS, para mahasiswa tersebut berencana melakukan kunjungan muhibah ke sejumlah kampus di Jakarta untuk berdialog tentang gerakan mahasiswa.
Hal itu dikatakan Presiden Anis Matta dalam dialog dengan sekitar 40 mahasiswa dari University of Malaya, Malaysia, di bilangan Kuningan, Jakarta, Kamis (16/4/2015) malam.
Anis mengatakan sejarah pergerakan dan politik Indonesia terpolarisasi pada tiga aliran ideologi utama, yaitu Islam, Nasionalisme, dan Sosialisme. Dialog dan dialektika ketiga ideologi utama ini menimbulkan gejolak sosial dan dinamika politik yang selalu hangat sejak kemunculan Budi Utomo, Sarekat Islam, Sumpah Pemuda, hingga lahirnya Indonesia sebagai negara dan berkembang sampai saat ini.
Menurut Anis Matta, kelahiran PKS merupakan salah satu bagian dari dinamika pertarungan di antara ketiga ideologi utama ini.
"Kemudian tahun 1979 ada Revolusi Iran. Revolusi ini menjadi inspirasi bagi kami di sini. Setelah itu tahun 1980-an Tembok Berlin runtuh. Dan tahun 1990 Uni Sovyet juga runtuh. Situasi-situasi internasional ini berdampak pada politik dalam negeri, yang secara tidak langsung mendorong gerakan tarbiyah di kampus-kampus tahun 1980-an," kata Anis.
Anis juga menjelaskan salah satu problem utama gerakan dan partai politik Islam di berbagai negara adalah kesulitan dalam mengintegrasikan antara Islam sebagai ideologi dan nilai, dengan keinginan masyarakat atas kebutuhan hidup mereka.
"Saya kira ini juga yang berlaku di partai Islam di Malaysia. Keberhasilan partainya Erdogan di Turki, karena sudah berpengalaman naik-turun sejak tahun 1962, dan mereka tahu mengintegrasikan antara bagaimana memenuhi kebutuhan masyarakat dengan nilai-nilai Islam," ucapnya.
Salah seorang mahasiswa juga bertanya bagaimana penerimaan masyarakat Indonesia yang non-muslim terhadap PKS yang berbasis ideologi Islam.
"Di wilayah Indonesia Timur, ada pengurus PKS yang berasal dari kalangan Kristen. Ada pendeta yang menjadi pimpinan di PKS di Papua, karena 90 persen di sana Kristen," jawab Anis.
Dialog yang berlangsung selama dua jam tersebut ditutup dengan saling tukar cinderamata. Selain berkunjung ke PKS, para mahasiswa tersebut berencana melakukan kunjungan muhibah ke sejumlah kampus di Jakarta untuk berdialog tentang gerakan mahasiswa.