PKS: isis bukan islam

advertise here
PKS Ngawen - Ketua Komisi I DPR RI, Mahfudz Siddiq, menegaskan tidak setuju dengan gerakan ISIS. Dia berpandangan bahwa ISIS bukanlah Islam.

"ISIS ini, kita memang tidak setuju, baik dengan orangnya dan aksinya," kata politikus Partai Keadilan Sejahtera (PKS) itu di gedung DPR, Jakarta, Jumat 20 Maret 2015.

Namun demikian, Mahfudz mengingatkan pemerintah jangan over generalisir dalam rangka melakukan upaya pencegahan dengan cara mengawasi ketat umat Islam.

Dia menilai, usul Menkopolhukam, Tedjo Edhi Purdijatno, agar Presiden Joko Widodo mengeluarkan Perppu tentang ISIS, adalah tindakan berlebihan.

"Kita harus mencegah siapun untuk bergabung dengan mereka, baik di sini maupun di luar. Tetapi masyarakat harus diberikan pemahaman dan penjelasan yang utuh tentang ISIS," kata Mahfudz.

Mahfudz mengaku mendapatkan informasi bahwa di balik ISIS ada design intelijen AS, Israel, dan Inggris yang ingin menciptakan kekuatan untuk menyelesaikan konflik di Irak dan Suriah.

Israel berkepentingan agar konflik di Timur Tengah terus berkepanjangan, sehingga kepentingan Isreal itu tetap terjaga.

"Itu harus kita pahami. Jadi ISIS bukan dilahirkan oleh Islam tapi ISIS suatu gerakan radikal yang menggunakan label islam. Yang lahir dari kekuatan-kekuatan di luar Islam," katanya.

Mahfudz menambahkan ISIS menjadi masalah baru setelah menjadi kekuatan bersenjata dan berkonflik di banyak kawasan serta mereka lakukan rekrutmen di berbagai negara.

Ini memang jadi masalah baru bagi negara-negara muslim dan berpenduduk muslim, karena daya tarik mereka membuat cukup banyak orang  muslim yang bergabung.

"Kalau kita lihat pola ideologi, pola gerakan, aksi ISIS ini kan ternyata juga memunculkan gejolak dari kelompok kelompok radikal yang ada sebelumnya. Al Qaeda tidak setuju dengan ISIS dan memisahkan diri dari ISIS," katanya.

Dengan kondisi seperti itu, menurut, Mahfuz pencegahannya tidaklah sulit. "Mencegahnya sebenarnya mudah. Mudah kok mapping-nya. Jadi  orang lama, jaringan lama, asal daerahnyanya juga daerah lama dan tidak semuanya ngikut karena sebagian tidak setuju. Kalaupun bergabung, mereka yang basically sudah menganut paham radikalisme," kata Mahfudz.

Dari setiap konflik selalu ada yang diuntungkan dan ada yang dirugikan. Menurut, Mahfudz yang diuntungkan adalah orang yang punya bisnis dan memproduksi senjata. Banyaknya senjata yang beredar nilainya luar biasa dalam setiap perang.

"Sedangkan yang dirugikan adalah kita. Kita sekarang jadi sibuk menari, jungkir balik di atas gendang orang lain. Menurut saya, kalau masyarakat sudah paham apa dan bagaimana, maka semua kita akan bisa lebih proporsional menyikapi," ujar Mahfudz. (ase) - viva.co.id