JAKARTA (5/3) – Wakil Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) Hidayat Nur Wahid mendukung pembentukan Komisi Nasional Disabilitas Indonesia (Komnas DI). Komisi ini penting keberadaannya untuk membela dan memperjuangkan hak-hak penyandang disabilitas. Dukungan tersebut disampaikan Hidayat saat mengunjungi Yayasan Mitra Netra di kawasan Lebakbulus, Jakarta Selatan, Senin (4/3) sore.
Dalam kesempatan kunjungannya, Hidayat berdialog dengan para pengurus yayasan serta meninjau sarana dan prasarana yang dimiliki yayasan, yang telah banyak membantu, melatih, mendidik, serta merehabilitasi para tuna netra. Selain itu, yayasan yang didirikan oleh Bambang Basuki sejak tahun 1992 tersebut juga banyak menerbitkan buku-buku dengan tulisan Braile, termasuk Al Quran Braile.
Hidayat, yang juga Anggota Komisi VIII DPR RI, mengatakan bahwa ia akan berusaha mengajak Anggota Komisi VIII DPR RI lainnya, bukan saja mendukung pembentukan Komas DI, tetapi juga memperjuangkan lahirnya Undang-Undang Penyandang Disabilitas yang mengakomodasi kepentingan penyandang disabilitas.
“Saya akan mengajak teman-teman di Komisi VIII DPR untuk mendukung pembentukan Komnas Disabiltas Indonesia, serta memperjuangkan RUU Penyandang Disabilitas menjadi Undang-Undang,” kata Hidayat.
Menurut Hidayat, RUU Penyadang Disabilitas sudah masuk dalam program legislasi nasional (Prolegnas) 2015. “Semoga dalam masa sidang tahun ini pembahasan RUU Penyandang Disabilitas dapat diselesaikan,” lanjut Hidayat.
Hidayat juga menyampaikan apresiasi yang begitu tinggi kepada Yayasan Mitra Netra yang telah membantu memberdayakan para penyandang tuna netra di tanah air dengan berbagai aktivitasnya, meski dengan segala keterbatasannya.
Sementara itu, Ketua Yayasan Mitra Netra Bambang Basuki menyampaikan perlunya pemerintah turun tangan membantu pendanaan yayasan. Menurut Bambang, selama ini pendanaan untuk aktivitas yayasan banyak dibantu oleh negara-negara Uni Eropa, terutama Belanda. Namun sejak Eropa mengalami krisis dan Indonesia masuk dalam Kelompok Negara G-20, bantuan dana dari Uni Eropa praktis berhenti.
“Karena Eropa krisis, kemudian sebagai Negara G-20 kita tidak lagi masuk priotas negara yang harus dibantu, maka bantuan dana berhenti. Akibatnya kami terpaksa harus memberhentikan 13 orang instruktur yang selama ini menjadi andalan yayasan,” terang Bambang.
Karenanya Bambang berharap dengan posisinya saat ini Hidayat dapat menyampaikan kepada pemerintah agar memperhatikan yayasan-yayasan yang membantu memberdayakan penyandang disabilitas, termasuk Yayasan Mitra Netra.
Menanggapi hal ini, Hidayat berjanji akan menyampaikannya kepada pemerintah. Ia juga akan mengajak pihak-pihak lainnya di luar pemerintah untuk ikut membantu aktivitas yayasan yang mengurusi para penyandang disabilitas.