Jakarta (16/2) -
Kondisi politik di Yaman makin tidak stabil. Keadaan keamanan di salah
satu wilayah di kawasan Timur Tengah tersebut makin menurun. Pemerintah
Indonesia sebaiknya segera memastikan keselamatan warganegara Indonesia
di sana.
"Yaman saat ini sedang bergolak. Kondisi politik di sana makin tidak
menentu. Sebelum terlambat, sebaiknya pemerintah segera mengambil
langkah-langkah untuk memastikan keselamatan WNI, jika perlu evakuasi,"
ujar anggota Komisi I DPR Ahmad Zainuddin di Jakarta, Ahad (15/2/2015).
Ketua DPP PKS ini mengatakan, sejumlah negara sudah melakukan
langkah-langkah antisipatif lebih maju dengan menutup kantor
perwakilannya di sana. Situasi di Yaman saat ini, lanjut dia, tidak jauh
berbeda dengan konflik yang terjadi di Suriah, yakni perebutan
kekuasaan melalui perang antara kelompok Sunni dan Syiah. Namun saat ini
kelompok Syiah berhasil merebut dan mengendalikan pemerintahan.
"Saya melihat perhatian pemerintah terhadap kondisi di Yaman serta
keberadaan WNI di sana tidak sama dengan terhadap Suriah. Hampir-hampir
saja luput. Jangan sampai sudah kejadian WNI menjadi korban baru kita
grasak-grusuk. Sebaiknya segera saja evakuasi WNI dan pemerintah
berlakukan travel warning," tegasnya.
Menurut Zainuddin, ada lebih dari 3000 WNI di Yaman yang sebagian
besarnya berstatus pelajar atau mahasiswa. Sejauh ini lanjut dia, belum
ada kabar WNI menjadi korban akibat konflik tersebut.
Namun demikian, Zainuddin menyesalkan sikap pemerintah RI yang sebatas prihatin terhadap perkembangan situasi di Yaman.
"Padahal situasinya sudah sangat mengkhawatirkan. Kemlu jangan hanya
mengimbau, tapi segera lah keluarkan WNI dari sana," jelasnya.
Milisi Syiah Al-Houthi membubarkan paksa parlemen Yaman dan mengambil
alih kendali pemerintahan dengan menguasai ibu kota Sanaa pada 6
Februari lalu. Kondisi politik dan keamanan di Yaman kian memburuk sejak
jatuhnya presiden Ali Abdullah Saleh pada 2012 lalu. Aksi saling serang
terjadi antara kelompok Syiah yang konon didukung Iran dengan
pemerintah yang didominasi Sunni. Tidak hanya menguasai Sanaa, milisi
Syiah Al-Houthi juga merasuk ke wilayah-wilayah yang dikuasai Sunni.
Sejumlah negara bahkan memutuskan untuk menutup kantor perwakilan mereka
di Yaman dan memulangkan warga negaranya dari sana, seperti Arab Saudi,
Amerika Serikat, Italia, Uni Emirat Arab, Belanda, Inggris, Jerman, dan
Prancis.